KESETIMBANGAN KIMIA
A. Keadaan Kesetimbangan
Fakta menunjukkan bahwa banyak reaksi yang dapat
berlangsung secara reversibel atau bolak balik.
Misalnya campuran antara Nitrogen, N2 dan
hidrogen, dengan perbandingan 1 : 3 pada suhu kamar tidak dapat berlangsung,
tetapi bila campuran tersebut dipanaskan pada 200oC dan tekanan 30,4
kPa serta adanya katalisator ternyata N2 dan H2 dapat
bereaksi dengan cepat membentuk NH3.
N2(g) ® 3H2(g)
+ 3NH3(g)
Demikian juga pada suhu kamar NH3 tidak
dapat diuraikan N2 dan H2, tetapi NH3
dipanaskan 200oC dan tekanan 30,4 kPa serta adanya katalisator akan
teruraikan menjadi N2 dan H2.
2NH3(g) ® N2(g)
+ 3H2(g)
berdasarkan hasil percobaan baik reaksi antara N2
dan H2 maupun peruraian NH3 pada kondisi tersebut
konsentrasi reaktan dan produk menjadi konstan setelah campuran mengandung
67,6% NH3 dan 32,4% terdiri dari N2 dan H2.
Kemudian timbul pertanyaan apakah kedua reaksi tersebut berhenti setelah
campuran mengandung NH3 sebanyak 67,6%?.
Mengingat bahwa pada suhu dan tekanan tersebut N2
dan H2 dapat bereaksi menjadi NH3 dan sebaliknya NH3
juga dapat terurai menjadi N2 dan H2, fakta tersebut
menunjukkan bahwa reaksi antara N2 dan H2 pada kondisi
tertentu dapat berlangsung bolak balik. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada
reaksi antara N2 dan H2 mula-mula berlangsung cepat dan
konsentrasi N2 dan H2 makin berkurang, sedang konsentrasi
NH3 makin bertambah. Oleh karena itu NH3 yang terbentuk
mula-mula akan terurai kembali dengan lambat dan lama kelamaan menjadi cepat
hingga pada suatu saat setelah campuran mengandung NH3 sebanyak
67,6% kecepatan terbentuknya NH3 sama dengan kecepatan terbentuknya
kembali N2 dan H2 sehingga banyaknya masing-masing
komponen menjadi tetap.
Demikian juga pada fakta kedua, kecepatan terurainya
NH3 mula-mula cepat tetapi lama kelamaan makin berkurang karena
konsentrasi NH3 makin berkurang. Sebaliknya N2 dan H2
yang terbentuk makin banyak, maka N2 dan H2 akan bereaksi
kembali membentuk NH3 dengan kecepatan yang makin bertambah. Pada
suatu saat kecepatan terurainya NH3 sama dengan kecepatan
terbentuknya kembali NH3 sehingga banyaknya masing-masing
komponen menjadi tetap.
Jadi reaksi tersebut dapat berlangsung bolak-balik
atau reversibel yang pada suatu ketika kecepatan terbentuknya produk sama
dengan kecepatan terbentuknya kembali reaktan, sehingga konsentrasi produk dan
reaktan kelihatan tetap.
Suatu reaksi kimia dimana kecepatan terbentuknya
produk sama dengan kecepatan terbentuknya kembali reaktan dikatakan reaksi
tersebut dalam keadaan setimbang.
Hubungan antara kecepatan reaksi dan waktu pada sistem
kesetimbangan kimia N2(g) + 3H2(g) Û
2NH2(g) dapat digambarkan sebagai berikut:
Kecepatan
|
3H2 + N2 ® 2NH3
|
2NH3 ® 3H2 + N2
|
Waktu
|
B. Hukum Kesetimbangan san Tetapan Kesetimbangan
Harga tetapan kesetimbangan suatu reaksi kimia
ditentukan dari hasil percobaan. Misalnya tetapan kesetimbangan reaksi:
3H2(g) + N2(g) Û 2NH3(g)
Ditentukan dengan mencapurkan N2 dan H2
dengan berbagai perbandingan pada suhu 500oC. Dari hasil percobaan
diketahui bahwa setelah reaksi tersebut mencapai kesetimbangan konsentrasi
masing-masing gas seperti tertera pada tabel berikut:
Tabel 1. Hasil reaksi kesetimbangan
N2(g) + 3H2(g) Û 2NH3(g)
pada 500oC
Percobaan |
Konsentrasi (mol dm-3)
|
|
||
(H2)
|
(N2)
|
(NH3)
|
||
1
2
3
4
5
|
1,150
0,500
1,35
2,43
1,47
|
0,70
1,00
1,15
1,85
0,750
|
1,23 x 10-2
8,66 x 10-2
4,12 x 10-2
1,27
3,76 x 10-2
|
5,98 x 10-2
6,00 x 10-2
6,00 x 10-2
6,08 x 10-2
5,93 x 10-2
|
Rata-rata |
66,00 x 10-2
|
Sumber: Brady J.E dan
Humiston, G.R, General Chemistry Principle and Structure, 1986, hal. 513.
Data tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi NH3 pangkat dua
dibagi dengan hasil kali konsentrasi N2 dan konsentrasi H2
pangkat tiga pada berbagai percobaan pada suhu tetap adalah tetap.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa pada
reaksi kesetimbangan yang berlangsung pada suhu tetap hasil kali konsentrasi
produk pangkat koefisien reaksi dibagi dengan hasil kali reaktan pangkat
koefisien reaksi mempunyai harga yang tetap.
Untuk reaksi secara umum:
aA + bB Û cC + dD
Pada keadaan setimbangan dapat
dinyatakan:
Persamaan tersebut disebut hukum kesetimbangan dan
karena KC pada suhu yang tetap harganya tetap maka disebut ketetapan
kesetimbangan.
Untuk reaksi pada fase gas banyaknya reaktan dan
produk dapat dinyatakan dengan tekanan parsial, karena tekanan parsial
sebanding dengan konsentrasi molar maka untuk reaksi tersebut dinyatakan:
PCl3(g) + Cl2(g) Û
PCl5(g)
1.
Hubungan KC dan KP
Untuk gas ideal berlaku PV = nRT.
Karena
= kosentrasi, maka
jika
Konsentrasi =
= C, sehingga
P = CRT
Untuk reaksi:
aA + bB Û cC + dD
Apabila A, B, C dan D dianggap gas ideal, maka:
KP = KC x (RT)(c+d) – (a-b)
atau
KP = KC x (RT)D
ng
dimana:
ng = jumlah
koefisien produk-jumlah koefisien reaktan pada fase gas
Misalnya untuk reaksi:
H2(g) + Cl2(g) Û
2HCl(g)
KP = KC
2.
Makna tetapan kesetimbangan
Secara kuatitatif tetap kesetimbangan dapat ditentukan
dengan percobaan. Salah satu cara yaitu dengan mengukur konsentrasi reaktan dan
produk pada suhu tertentu.
Sebaliknya tanpa mengukur besarnya konsentrasi reaktan
maupun produk jika harga KC dan KP untuk reaksi
kesetimbangan tertentu pada suhu tertentu diketahui, harga tersebut secara
kualitatif dapat memberikan informasi apakah reaksi tersebut berlangsung secara
sempurna. Misalnya untuk reaksi:
2H2O(g) Û 2H2(g)
+ O2(g)
Pada suhu 25oC mempunyai harga KC
= 1,1.10-81. Harga KC tersebut menunjukkan bahwa pada
suhu 25oC H2O(g) yang terurai sangat tak
terhingga sedikitnya, sehingga jumlah produk sangat jauh lebih kecil daripada
reaktan atau boleh dikatakan pada suhu 25oC H2O(g)
tidak mengalami peruraian.
Sedangkan untuk reaksi:
2SO2(g) + O2(g)
Û2SO2(g)
Pada suhu 25oC
mempunyai harga KC = 7,0.1023. harga KC
tersebut menunjukkan bahwa pada suhu 25oC SO2 dapat
bereaksi sempurna dengan O2 membentuk SO3.
C. Termodinamika dan kesetimbangan kimia
Secara teoritis reaksi kimia dapat berlangsung ke arah
balik, namun gaya
penggerak reaksi dapat cenderung untuk menuju ke suatu arah saja karena ke arah
balik sangat tak terhingga kecilnya sehingga tidak dapat diukur. Gaya penggerak reaksi
kimia disebut perubahan energi bebas yang menyertai reaksi tersebut. Jadi
perubahan energi bebas yang menyertai suatu reaksi kimia merupakan ukuran
kecenderungan ke arah mana reaksi tersebut akan berlangsung.
Menurut hukum Termodinamika suatu proses akan berjalan
secara spontan apabila perubahan energi bebasnya (DG) adalah
negatif.
Hubungan antara
perubahan antara energi bebas (DGo)
dengan posisi kesetimbangan kimia dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar tersebut menunjukkan bahwa pada posisi
kesetimbangan energi bebas reaktan sama dengan bebas produk, sehingga perubahan
energi bebas (DG)
= 0.
DGo
|
Berlangsungnya reaksi
|
Produk
|
Reaktan
|
Posisi Kesetimbangan
|
G
|
T
|
Kemudian hubungan antara DG dengan kesetimbangan dapat dijabarkan sebagai berikut:
DG = DGo + RT ln Q
Dimana Q untuk reaksi fase gas adalah
hasil kali tekanan parsial produk pangkat koefisien reaksi dengan hasil kali
parsial reaktan pangkat koefisien reaksi, sedang untuk reaksi dalam larutan Q
adalah hasil kali konsentrasi produk pangkat koefisien reaksi dengan hasil kali
konsentrasi reaktan pangkat koefisien reaksi.
Contoh soal:
a.
Tentukan harga
tetapan kesetimbangan termodinamika untuk reaksi:
2NO(g) + O2(g)
Û 2NO2(g)
Pada suhu 25oC jika diketahui
DGo NO(g) = 86,8 kJ mol-1
dan DGof NO2(g) =
51,9 kJ mol-1
Penyelesaian:
Pada keadaan setimbang
DGo = RT ln KP
DGo = 2DGof NO2(g) - 2DGof NO(g) - 2DGof O2(g)
DGo = 2 mol x 51,9 kJ mol-1 - 2 mol
x 86,8 kJ mol-1
DGo
= -69,8 kJ
ln KP =
ln KP = 28,2
KP = 1,866 x 1012
Harga KP yang jauh lebih besar daripada 0 tersebut
juga menunjukkan bahwa reaksi pada suhu 25oC NO beraksi sempurna
dengan O2 membentuk NO2.
b.
Apabila pada reaksi kesetimbangan
2NO2(g) Û N2O4(g)
DHo = -56,9 kJ dan DSo = -175 JoK-1
Tentukan harga Kp pada suhu
125oC!
Penyelesaian:
Menurut hukum termodinamika pada suhu 25oC
DGo = DHo - TDSo
pada suhu selain 25oC
dinyatakan:
DG’ = DH’ - TDS’
Karena harga DH dan DS sedikit sekali terpengaruh oleh suhu, maka dengan
asumsi bahwa DH dan DS tidak tergantung pada suhu DH’ = DHo dan DS’ = DSo sehingga:
DGo
= DHo
- TDSo
DG’
= -56900 J – (398 oK)(-175 JoK-1)
DG’ = 12750 J
ln KP =
ln KP =
KP = 2,12 x 10-1
Harga KP tersebut lebih kecil
dari 1 menunjukkan bahwa pada suhu 125oC reaksi tersebut cenderung
berlangsung ke arah terbentuknya NO2.
D. Kesetimbangan Heterogen
Reaksi kesetimbangan yang telah dibahas sebelumnya
adalah merupakan kesetimbangan homogen karena zat terselibat dalam reaksi
tersebut mempunyai fase sama. Suatu sistem kesetimbangan kimia di mana zat-zat
yang terlibat dalam reaksi mempunyai fase yang berbeda disebut sistem
kesetimbangan heterogen.
Misalnya reaksi dekomposisi NaHCO3(g)
merupakan kesetimbangan sebagai berikut:
2NaHCO3(g) Û Na2CO3(s)
+ CO2(s) + CO2(g) + H2O(g)
Hukum kesetimbangan reaksi tersebut dapat dijabarkan sebagai
berikut:
Karena konsentrasi Na2 CO3(s)
dan NaHCO3(s) tetap maka:
Atau
(CO2(g))(H2O(g))
x (RT)+2
Jadi pada kesetimbangan heterogen
harga tetapan kesetimbangan tidak mengekspresikan zat dalam fase padat.
Apabila kesetimbangan dinyatakan
dengan KP
KP = PCO2(g)
x PH2O(g)
Atau
KP = (CO2(g))
(H2O(g)) x (RT)+2
Contoh soal:
Tentukan harga KC dan KP
untuk kesetimbangan
H2O(g) Û H2O(g)
Pada suhu 25oC, jika
tekanan uap air di udara pada suhu 25oC = 3,17 kPa.
Penyelesaian:
KP = P H2O(g)
= 3,17 kPa
KC = KP x (RT)-ng
KC = 3,17 kPa x (8,314 dm3
kPa mol-1 oK-1) (298oK-1)
KC = 1,28 x 10-3
mol dm-3
Contoh kesetimbangan heterogen yang
lain:
CaCO3(s) Û CaO(s) + CO2(g)
C(s) + O2(g) Û 2CO(g)
CuSO4.5H2O(s)
Û CuSO4.3H2O(s) + 2H2O(g)
Pada suhu 25oC dekomposisi
CuSO4.5H2O mengalami kesetimbangan pada tekanan 7,8 mmHg.
Karena tekanan uap air di udara sekitar 8 – 12 mmHg, maka jika hidrat tersebut
dibiarkan di udara tidak akan kehilangan air, tetapi sebaliknya CuSO4.3H2O
dibiarkan di udara akan mengikat uap air di udara sehingga mencapai
kesetimbangan.
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesetimbangan Kimia
Menurut prinsip Chatelier apabila
pada sistem kesetimbangan dinamis ada daktor yang mempengaruhi maka untuk
mengurangi pengaruh tersebut, sistem kesetimbangan akan berubah hingga mencapai
kesetimbangan kembali.
- Pengaruh perubahan konsentrasi reaktan atau produk
Misalnya pada sistem
kesetimbangan:
H2(g) + I2(g)
Û2HI(g)
Setiap perubahan konsentrasi
reaktan maupun konsentrasi reaktan terhadap kesetimbangan tersebut akan
menyebabkan sistem menjadi tidak setimbang, sehingga akan terjadi pergeseran
kesetimbangan hingga sistem menjadi setimbang kembali.
Apabila ke dalam sistem
kesetimbangan tersebut ditambahkan H2 maka I2 dalam
sistem akan bereaksi dengan H2 hingga HI menjadi lebih banyak.
Setelah terjadi kesetimbangan kembali konsentrasi HO menjadi lebih besar dari
semula, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa penambahan konsentrasi reaktan
pada sistem kesetimbangan tersebut menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah
kanan atau ke arah produk.
Sebaliknya apabila ke dalam
sistem tersebut ditambahkan HI maka kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri
atau ke arah reaktan.
Pengaruh perubahan konsentrasi
terhadap sistem kesetimbangan kimia ditinjau dari hukum kesetimbangan dapat
diterangkan sebagai berikut:
Misalnya untuk sistem
kesetimbangan:
2SO2(g)
+ O2(g) Û2SO3(g)
Apabila ke dalam sistem tersebut ditambah SO2
maka (SO2(g)) menjadi lebih besar, sehingga apabila setelah ditambah
SO2:
Maka :
KC’ < KC
Karena pada suhu tetap harga KC juga tetap
maka agar KC’ = KC konsentrasi SO2 harus
diperkecil atau kesetimbangan digeser ke arah pembentukan SO3.
demineralisasi
|
remineralisasi
|
Ca5(PO4)3OH(s) 5Ca2+(aq)
+ 3PO43-(aq) +
|
Pada gigi yang sehar terdapat kesetimbangan zat
seperti di atas, tetapi apabila gigi mengabsorbsi dan gula mengalami
fermentasi, maka kesetimbangan akan terganggu karena H+ akan beraksi
dengan OH- membentuk H2O dan ion PO43-
akan menyebabkan HPO42. Berkurangnya ion OH- dan ion
PO43- akan menyebabkan Ca5(PO4)3OH- yang larut lebih banyak, sehingga gigi menjadi
rusak. Fluorida dapat mencegah kerusakan gigi karena dapat menggantikan OH- dalam Ca5(PO4)3OH
terbentuknya Ca5(PO4)3F, sangat resisten terhadap asam.
- Pengaruh perubahan suhu
Telah dijelaskan bahwa harga tetapan kesetimbangan
adalah tetap pada suhu tetap, sehingga perubahan suhu dapat mempengaruhi sistem
kesetimbangan.
Berdasarkan prinsip de Chatelier apabila dalam sistem
kesetimbangan suhu dinaikkan maka kesetimbangan akan bergeser ke arah bagian
yang menyerap panas.
Misalnya apda isstem ksetimbangan:
N2(g) + 2O2(g)
Û 2NO(g) – 10 ,397 kJ
Apabila suhu dinaikkan
kesetimbangan akan bergeser ke arah pembentukan NO.
Secara umum apabila pada
sistem kesetimbangan endoterms suhu dinaikkan kesetimbangan akan bergeser ke
arah terbentuknya produk, sebaliknya bila pada kesetimbangan eksoterm suhu dinaikkan
kesetimbangan akan bergeser ke arah reaktan.
Hubungan antara tetapan
kesetimbangan dengan suhu dapat dinyatakan dengan persamaan:
Untuk reaksi yang berlangsung eksoterm misalnya:
N2(g) + 3H2(g)
Û 2NH3(g) DHo = -92 kJ
2SO2(g) + O2(g)
Û 2SO3(g) DHo = -198 kJ
Kenaikkan suhu akan menyebabkan
kesetimbangan bergeser ke arah kiri. Atau harga K akan turun jika suhu naik
sedang untuk reaksi endotermis harga K akan naik jika suhu dinaikkan.
Contoh soal:
Perubahan entalpi standar, DHo pada reaksi berikut:
2NO2(g) + O2(g)
Û 2NO2(g)
Adalah –113 kJmol-1
dan tetapan kesetimbangan pada suhu 25oC = 1,6.1012.
tentukan harga KP pada suhu 125oC.
Penyelesaian:
KP = 1,9254 x 10-8
- Pengaruh perubahan tekanan dan volume
Pada suhu tetap perubahan volume
sistem akan menyebabkan perubahan tekanan. Menurut hukum Boyle kenaikan tekanan
eksternal sistem akan menyebabkan volume sistem berkurang.
Karena tekanan gas disebabkan
oleh tumbukan molekul-molekul gas terhadap dinding vesel, maka bila jumlah
molekul lebih banyak tekanan akan lebih besar.
Sehingga pada kesetimbangan:
N2(g) + 3H2(g)
Û 2NH3(g)
Apabila tekanan gas diperbesar
kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan (ke arah yang jumlah molekulnya leih
kecil). Atau bila para kesetimbangan kimia volume dikecilkan kesetimbangan akan
bergeser ke arah yang jumlah molekulnya lebih kecil. Secara matematika dapat
dibuktikan akan sistem kesetimbangan seperti berikuti:
N2(g) + I2(g)
Û 2HI(g)
Baik perubahan tekanan maupun
perubahan volume tidak akan merubah letak kesetimbangan.
- Pengaruh penambahan katalisator
Pada bab sebelumnya dijelaskan bahwa pengaruh
katalisator pada reaksi kimia adalah menurunkan energi pengaktivan atau
mengurangi rintangan energi yang harus dilampaui agar reaksi berlangsung lebih
cepat.
Pada sistem kesetimbangan adanya penambahan
katalisator tidak mempengaruhi posisi kesetimbangan, melainkan hanya
mempercepat tercapainya kesetimbangan.
F. Beberapa Contoh Perhitungan
- Pada suhu 25oC suatu campuran kesetimbangan:
N2(g) O4
Û 2NO2(g)
Tentukan harga: KP, KC
dan DGo 298.
Bila pada saat kesetimbangan tekanan
total = 85,5 kPa dan tekanan parsial N2O4 = 57,0 kPa.
Penyelesaian:
a.
Tekanan
parsial NO2 = PNO2 = Ptotal - PN2O4
b.
KC = KP x
(RT)-Dng = KP
x (RT)-1
KC = 5,75 x 10-3 mol dm-3
c.
Pada saat kesetimbangan DG
= 0, sehingga:
DGo
= -RT ln KP
DGo
= -8,314 k Pa dm3 mol-1K-1 x (298oK)
ln 14,25
DGo
= -8,314 k Pa dm3 mol-1 x 298 ln 14,25
DGo
= -2477,572 k Pa dm3 mol-1 x ln 14,25
DGo
= -6582,306 k Pa dm3 mol-1
DGo
= -6,582 kJ
- Suatu sistem kesetimbangan kimia
H2(g) + CO2(g) Û
CO(g) + H2O(g)
Pada suhu 750oC mempunyai harga KC
= 0,771. Bila 1 mol H2 dan 1 mol CO2 dimasukkan dalam
vesel yang volumenya 5,0 dm3 kemudian dibiarkan beraksi, tentukan
konsentrasi masing-masing komponen pada keadaan setimbang.
Penyelesaian:
Misalnya perubahan konsentrasi H2
= x M
|
Konsentrasi
Mula-mula
|
Perubahan
Konsentrasi
|
Konsentrasi
Kesetimbangan
|
(H2(g))
|
0,2 M
|
x M
|
(0,2 – x) M
|
(CO2(g))
|
0,2 M
|
x M
|
(0,2 – x) M
|
(CO(g))
|
0
|
x M
|
x M
|
(H2O(g))
|
0
|
x M
|
x M
|
=
KC =
0,771
x -0,87807 x + 0,175614
x = 0,0935
Jadi pada saat kesetimbangan
(CO(g)) = 9,35.10-2 M
(H2O(g)) =
9,35.10-2 M
(H2(g)) =
1,065.10-1 M
(CO2(g)) = 1,065.10-1 M
- Dalam ruang yang volumenya 1 dm3 pada suhu 25oC terdapat kesetimbangan:
H2(g) + I2(g)
Û 2HI(g)
Dengan konsentrasi pada kesetimbanga:
(H2) = 0,001 M
(I2) = 0,025 M
(HI) = 0,022 M
Tentukan konsentrasi H2, I2
dan HI yang baru bila ke dalam sistem tersebut ditambahkan 0,0005 mol I2!
Penyelesaian:
|
Konsentrasi
Mula-mula
|
Perubahan
Konsentrasi
|
Konsentrasi
Kesetimbangan
|
(H2(g))
|
0,001 M
|
x M
|
(0,001 – x) M
|
(I2(g))
|
(0,025+0,0065)M
|
x M
|
(0,0255 – x) M
|
(HI(g))
|
0,022 M
|
x M
|
(0,022 + 2 x) M
|
Setelah kesetimbangan yang baru KC harus = 19,36.
Sehingga:
0,000484 + 0,088 + 4x2 = 19,36 (x2
– 0,0265x + 0,0000255)
0,000484 + 0,088 x + 4x2 = 19,36 x2
– 0,51304 + 0,00049368
15,36 x2 – 0,60104 x + 0,00000968 = 0
x2 – 0,0391 x + 0,00000063 = 0
x1 = 0,039085 (tidak mungkin)
x2 = 0,000015
Setelah tercapai kesetimbangan yang baru:
(H2(g)) = (0,001 – 0,000015) = 0,000985 M
(I2(g)) = (0,0255 – 0,000015) = 0,025485 M
(HI(g)) = (0,022 – 0,000030) = 0,02203 M
DAFTAR PUSTAKA
Brady,
J.E Dan G.E. Humiston, General Chemistry Priciples And Structure. John
Wiley & Sons, New York ,
1986.
Hiskia
Achmad. Wujud Zat Cair dan Kesetimbangan. ITB,
Bandung. 1983.
____________, Stokiometri Energitika Kimia. ITB, Bandung. 1983.
Keenan, Kleinfelter. University Chemistry. Addison Wesley
Publishing, Inc, Amsterdam .
Mahan,
B.H. University Chemistry.
Addison Wesley Publishing. Company, Amsterdam ,
1976.
Narsito,
dkk. Kimia Dasar. FPMIPA-UGM, Yogyakarta .
1986.
Partington.
J.J, MBE Dsc Em Prof. A Text Book Of In Organic Chemistry. Mac Millan
And Co, Limt, London ,
1953.
Pudjaatmaka.
A.H. Kimia Untuk Universitas. Terjemahan, Penerbit Erlangga, Jakarta . 1989.
Sandi
Setiawan. Theory Of Everything. Andi Offset, Yogyakarta.
1991.
Satya Prakash Et All. Advanched In Organic
Chemistry. S Chand & Company, Ltd, New
Delhi , 1980.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar